Saintifikasi Bahagia




I believe that the very purpose of our life is to seek happiness. That is clear. Whether one believes in religion or not, whether one believes in this or that religion, we all are seeking something better in life. So, I think, the very motion of our life is toward happiness.
Dalai lama (Lama, D., & Cutler, H. (2009). The art of happiness in a trouble world.

Saya rasa hampir semua orang sepakat bahwa kebahagiaan adalah dambaan dari semua manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir dari segala aktivitas, segala daya upaya, segala pergumulan, dan perjuangan dalam hidup kita ini.

Pandangan lama meyakini bahwa kajian bahagia itu kajian perasaaan dan tidak ilmiah, namun kini, kebahagiaan memiliki landasan ilmiah yang solid. Tumbuh dan berkembang subur terwadahi dalam kajian psikologi positif. Psikologi positif  mengubah wajah sains psikologi itu sendiri, melengkapi dan memberinnya gairah yang baru, yang membuat berbagai penelitian dan aplikasi psikologi positif berkembang pesat

Termasuk penelitian terkait topik kebahagiaan.

Kajian terkait topik kebahagiaan telah banyak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah artikel ilmiah. Terdapat tidak kurang dari 1300an artikel terkait kebahagiaan pada tahun 2016 dan terus meningkat hingga saat ini.

Berdasarkan penelitian yang ekstensif oleh Seligman, Peterson dan Lyubormirsky, ditemukan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kebahagiaan. Ketiga faktor itu adalah pertama S-Set range (batasan tingkat kebahagiaan seseorang yang ditentukan oleh faktor genetik) diperkirakan mempengaruhi kebahagiaan kita dengan bobot 50 persen. Situasi lingkungan (C-Circumstance) contoh uang, usia, menikah, well-educated, tingkat intelegensi diperkirakan mempengaruhi kebahagiaan kita dengan bobot 10 persen, dan volunteray activies (hal-hal yang dikendalikan si pribadi sendiri) dengan bobot sekitar 40 persen.  

Dari ketiga faktor penentu kebahagiaan, psikologi positif memberikan penekanan terbesar pada voluntery activies. Psikologi memandang bahwa kebahagiaan adalah tanggung jawab tiap tiap pribadi sendiri dan bukannya menjadikan pribadi sebagai korban dari faktor genetik maupun situasi kehidupan yang tak menentu.

Psikologi positif memandang bahwa kebahagiaan di dapatkan bukan melalui jalan pintas (uang, liburan, dan hal hal material lainnya) namun melalui penumbuhan karakter dan nilai kebaikan dari dalam individu (virtue and strengths).  Martin seligman dan tim risetnya menemukan dua puluh empat strengths dan enam virtues yang mereka klaim bersifat universal, dan berlaku bagi seluruh umat manusia. Diantarnya keberanian, kemanusiaan, transedensi, pengendalian diri, keadilan, kebijaksanaan dan pengetahuan.

Atau lebih jelasnya seperti ini, banyak penelitian saat ini menegaskan bahwa ternyata kekayaan hanya memilki korelasi yang rendah dengan tingkat kebahagiaan seseorang baik level individu atau pun negara. Hal inilah yang dimaksudkan seligman bahwa uang bukanlah sumber kebahagiaan namun untuk apa uang itu Anda gunakan, itulah yang lebih berarti. dan untuk apa uang itu Anda gunakan ditentukan seberapa baik karakter dan nilai yang tertanam pada diri kita sendiri. contoh saya akan bersedekah, saya akan membangun rumah, atau saya akan membeli barang mewah dan liburan.

Inti dari tulisan ini adalah kebahagiaan dapat diciptakan melalui penumbuhan karakter dan nilai kebaikan dari dalam individu tersebut, bukan ditentukan faktor luar yang seringkali tidak menentu. Jika kita tidak bahagia, itu bukan karena keadaan menyebabkan kita tidak bahagia, Namun kita saja yang tidak memilih untuk bahagia. Itu sederhanya.

Dan istimewanya, salah satu ciri kebahagiaan seseorang itu riil adalah: kebahagiaan yang dicarinya itu adalah tujuan akhir. Artinya tidak ada lagi tujuan lain yang hendak diupayakan setelah mencapai kebahagiaan. Contoh tujuan lain: komentar positif netizen terhadap foto momen bahagiamu.

Sudah bahagia hari ini?

Referensi
Seligman, M.E (2002). Authentic Happiness: using the new positive psychology to realize your potensial lasting fulfillment.
Setiadi, G. (2016). Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Jakarta: PT Gramedia.
Myers, D. G., & Diener, E. (2018). The Scientific Pursuit of Happiness. Perspectives on   Psychological Science, 13(2), 218–225 https://doi.org/10.1177/1745691618765171

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Sederhana di Media Sosial

Sosok Sekilas

Siap Mengabdi dan Memberi Solusi: Mahasiswa UM Luncurkan Program Gubug Mentari