Modus Autopilot
Pernah gak ngerasain, perjalanan
dari satu tempat ke tempat lain (misal: kos ke kampus, kos ke tempat magang,
atau lainnya) terasa begitu aja, terima sampe gitu aja atau bahkan tidak sadar
bagaimana perjalanan tadi. Terasa cepat dan tidak membekas, iya, dengan kata lain
biasa aja (?)
Terkadang dalam menjalani alur
hidup, kita seolah larut dalam arus kebiasaan, kita terbiasa menggunakan modus
autopilot untuk berbagai hal yang sedang terjadi atau sesuatu yang rutin kita
jalani. Guna mempercepat aktivitas, kita terkadang memandang semua terlihat
biasa, harus bergerak cepat, tanpa difikirkan, dan tanpa dihayati.
Dan itu artinya kita sedang terjebak
dalam modus autopilot.
Jatuhnya kita kehilangan momen
sakral saat penjual tempe tersenyum saat dua potong tempenya terjual, atau bayi
kecil yang sedang meronta menolak suapan nasi ibunya atau anak SD yang sedang
menangis memaksa ibunya untuk memberi libur sekolah hari ini.
Sadarkah? Kita seolah terjebak,
terlalu fokus pada hal-hal yang segera ingin diselesaikan. Naasnya, saat
semuanya telah selesai. Banyak hal-hal terasa begitu biasa aja, serasa cepat,
tidak terasa dan terlalu tidak membekas.
Hari demi hari hari, minggu demi
minggu bahkan dapat berlalu dengan cepat, tanpa kesadaran, ingatan, ataupun penghayatan
pada apa saja yang sudah dijalani selama itu. Bukan hanya ini menyebabkan
kelelahan batin, tapi juga membuat hidup seolah itu-itu aja. Kita kehilangan
momen-momen magis dalam banyak alur ini. Kita terhanyut dalam pikiran dan
segala kesibukan
Nah, salah satu cara mengatasinya, kita
harus mengubah mode dari autopilot menjadi mindfulness, mindfulness
means paying attention in a particular way: on purpose, in the present moment and
non-judgmentally. Atau sederhanya menghadirkan diri secara utuh pada momen saat
ini secara sadar, dan memberikan perhatian penuh pada diri dan lingkungan pada
momen tersebut.
Mindfulness berarti juga tanpa
penilaian, tidak ada keharusan untuk memberikan penilaian bahwa momen itu
adalah momen yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, baik atau buruk dari
momen di masa lalu atau sesuatu yang diharapkan. Cukup nikmati momen magis pada
saat itu juga, dan detik itu juga.
Saat semua momen terasa magis, hidup
seolah banyak perspektifnya, banyak warnanya dan begitu menyenangkan.
It's about allowing ourselves to see
the present moment clearly. When we do that, it can positively change the way
we see ourselves and our lives.
Sudah ubah mode?
#celotehrizfan#mindfulness#mindlessness#literasibahagia#rizalfanany
Referensi:
Bishop, S.R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N.D.,
Carmody, J. & Devins, G. (2004). Mindfullness: A proposed operational
definition. Clinical psychology: science and practice, 11(3), 230-241.
Kabat-Zinn, J. Hanh, T.N (2009). Full catastrope living: Using the
wisdom of your body and mind to face stress, pain, and illness. Delta.
Seligman, M.E (2002). Authentic Happiness: using the new positive
psychology to realize your potensial lasting fulfillment.
Setiadi,
G. (2016). Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Jakarta:
PT Gramedia.

Selalu menginspirasi 😃
BalasHapus